Langsung ke konten utama

Postingan

My Life

I feel like this life is sucked balls. In my childhood, I didn't have much. We live in a small cottage inside the Elementary school complex because my dad is the guardian for the place. I don't have many toys and often always play in a friend's house because I am so awed by what they have. When the young adult me comes, I work in Jakarta for like six years. and still, feel like I didn't earn anything. I have invested very poorly in a house that too far from anywhere. and I sold it with a loss when the business I work with went under. after 6 years of working, I didn't even have life savings. And then, I work in Bandung, everything seems totally fine. until some dipshit of a person ruins my life. betrayed me and cost me not only financially but also mentally. I have tremendous debt and to make it worse, my dad is sick and needs to be operated quickly. Somehow I got through it. my dad is okay now. But right now. I feel like I have very little control over my life. I a...

Menuju angkasa

Saat ini angkasa luar terasa lebih dekat. Silahkan google tentang SpaceX dan Inspiration4, di zaman modern sekarang, bukan hanya NASA yang memiliki tujuan keluar bumi, menjadikan perjalanan antar galaksi terasa lebih dekat dan sedikit lagi ada dalam genggaman.  Entah itu seratus atau dua ratus tahun lagi manusia bisa berjalan-jalan keluar angkasa mengunjungi bulan atau planet lain secara komersil, dua abad hanyalah setitik waktu dalam 2.5juta tahun sejak manusia pertama kali menggunakan perkakas batu. Sayang sekali saya lahir di waktu yang terlambat untuk menjelajahi bumi untuk pertama kali, dan terlalu cepat untuk umat manusia bisa menyusuri langit. Kalau saja ada cara untuk memperpanjang umur agar bisa merasakan jaman dimana film sci fi menjadi keseharian, apakah saya akan tetap mengeluh karena perjalanan ke Mars delay satu hari, seperti saya yang mengeluh ketika naik Lion Air yang delay 3 jam.

Hari ini aku dibunuh

"MATI KAU!" Dia berteriak sekuat tenaga tak peduli akan sekitar. Sambil menancapkan pisau sepanjang telapak tangan ke dadaku sedalam mungkin, aku lalu terjerembab bersujud ke tanah. Terasa pengap sekali rasanya, terengah-engah aku berusaha bernapas. Sebilah pisau tertanam menjegal saluran pernafasanku, aku yakin sekali paru-paruku sudah rusak dan tak akan berfungsi lagi dalam waktu yang sangat dekat. Darah menggenangi tanah di bawahku. Dalam awang-awang rasa sakit yang memba'al, saat kesadaranku semakin menipis, penusukku barusan lari menjauh meninggalkanku yang sekarat. Saat itulah aku tahu pasti bahwa beberapa detik lagi aku akan mati.