Langsung ke konten utama

Postingan

Padahal hidup itu...

Aku melihat keluar jendela yang sedang diguyur gerimis. Menghitung pencapaian yang sama sekali tak bersisa. Menggumamkan tak terhingganya rasa bersalah dan rasa kehilangan. Semua demi hidup yang ternyata sia-sia. Sayang sekali kehidupanku yang tak kuminta ini bukan hanya milikku. Ada tanggung jawab disetiap nafas yang terhembus, ada yang mengharapkan detak jantungku terus berdebar selama mungkin.  Mungkin semua ini akan lebih mudah kujalani jika hidup sedikit lebih adil. Tapi mungkin juga karena ketidakadilan hiduplah aku masih menapak diatas bumi. Entah mauku apa, pikiranku sendiri penuh dengan paradoks. Rasa sedih menjadi keseharian, kadang pekat kadang ringan.  Tapi selalu ada. Ingin bertanya kenapa, tapi aku takut akan jawaban yang didapat.  Bukankah hidup itu harusnya menyenangkan?

My Life

I feel like this life is sucked balls. In my childhood, I didn't have much. We live in a small cottage inside the Elementary school complex because my dad is the guardian for the place. I don't have many toys and often always play in a friend's house because I am so awed by what they have. When the young adult me comes, I work in Jakarta for like six years. and still, feel like I didn't earn anything. I have invested very poorly in a house that too far from anywhere. and I sold it with a loss when the business I work with went under. after 6 years of working, I didn't even have life savings. And then, I work in Bandung, everything seems totally fine. until some dipshit of a person ruins my life. betrayed me and cost me not only financially but also mentally. I have tremendous debt and to make it worse, my dad is sick and needs to be operated quickly. Somehow I got through it. my dad is okay now. But right now. I feel like I have very little control over my life. I a...

Menuju angkasa

Saat ini angkasa luar terasa lebih dekat. Silahkan google tentang SpaceX dan Inspiration4, di zaman modern sekarang, bukan hanya NASA yang memiliki tujuan keluar bumi, menjadikan perjalanan antar galaksi terasa lebih dekat dan sedikit lagi ada dalam genggaman.  Entah itu seratus atau dua ratus tahun lagi manusia bisa berjalan-jalan keluar angkasa mengunjungi bulan atau planet lain secara komersil, dua abad hanyalah setitik waktu dalam 2.5juta tahun sejak manusia pertama kali menggunakan perkakas batu. Sayang sekali saya lahir di waktu yang terlambat untuk menjelajahi bumi untuk pertama kali, dan terlalu cepat untuk umat manusia bisa menyusuri langit. Kalau saja ada cara untuk memperpanjang umur agar bisa merasakan jaman dimana film sci fi menjadi keseharian, apakah saya akan tetap mengeluh karena perjalanan ke Mars delay satu hari, seperti saya yang mengeluh ketika naik Lion Air yang delay 3 jam.